Sunday, 6 February 2022

Berkomunikasi dengan Tuhan

 Beberapa waktu lalu, salah satu following saya bikin Instagram Stories (selanjutnya akan disebut igs/IGS) tentang ‘kesuksesan’ dia berbisnis dan investasi. Dia punya bisnis jastip branded items, dia ikutan bisnis di AFC, dia main crypto dan robot trading juga. Anyway, I’m not gonna comment on how she does her business, because that’s not the point, and I believe she has her own risk mitigations in doing so.


So, about her IGS. 


Dia bilang, dia sebenernya nggak nyangka bisa sesukses ini sekarang. She’s christian, and she explained that kalo di Kristen, ada yang namanya persepuluhan. Artinya, setiap gaji/penghasilan yang kita dapat, kita harus sumbang ke gereja sebesar 10%nya. Please correct me if I’m wrong ya, this is how I understand the concept she explained.


Dulu dia kerja kantoran dan dia ngerasa kalo ngasih 10% ke gereja tuh ya lumayan kerasa juga di kantong. Ibaratnya, punya gaji 10jt, berarti 1jt udah harus disetor tuh, ke Tuhan. Tapi, dia yakin, kalau dia ngasih ke Tuhan, dia nggak akan rugi. She planted a mindset, “Tuhan selalu kasih gue 100%, Dia cuma minta gue balikin 10%nya, masa gue nggak kasih?” Dan dia selalu mengingat itu everytime she felt it heavy.


Konsep ini kan sebenernya sama dengan yang diajarkan Islam.

“Kamu nggak akan miskin karena banyak bersedekah.”

“Ada 2,5% hak orang lain di dalam setiap yang kamu hasilkan.”


And so, I though about this a lot.


Lanjut, Mbaknya bilang lagi, dia sempet mikir, “Gue yakin Tuhan akan melancarkan rezeki gue, dan Tuhan janji akan balas berkali-kali lipat dari apa yang udah gue kasih.”


(Sejujurnya agak lupa gimana penyampaiannya, tapi semoga saya nggak misunderstood or misleading)


Dan pasti ada yang nyinyir kan?

“Lah kalo lo berpikiran seperti itu, berarti lo pamrih dong ke Tuhan? Berarti lo nggak ikhlas dong ngasih persepuluhannya?”


Which she replied kayak… Dia nggak pamrih ke Tuhan, tapi dia meyakini bahwa Tuhan nggak akan biarin dia susah selama dia juga membantu gerejanya/umat Tuhan. Eventually, she believes that her success, her comfort saat ini, itu adalah bentuk kasih sayang Tuhan padanya, dan dia harus selalu bersyukur, dan dia harus selalu ingat bahwa Tuhan punya ‘hak’ sebesar 10 bagian dari apa yang dia hasilkan. That should not bother you, because it’s only a part of what you have. God always gives you 100%.


And so, I thought about this over and over again.


Kita semua tahu bahwa konsep keikhlasan itu susah banget. SUSAH. BANGET. Capitalized. Sekalian nanti di-bold dan underlined kalo perlu.


Kalo beribadah tuh harus ikhlas dan khusyuk, beribadah karena Allah, bukan karena yang lain.

Tapi nggak pernah ada yang menjelaskan secara pasti, “Beribadah karena Allah” itu seperti apa bentuknya?

Guru agama Islam saya waktu SMA bilang, ikhlas itu ada tingkatannya. Solat karena takut dosa, solat karena pengen pahala. Solat karena takut masuk neraka, solat karena pengen masuk surga. Solat karena sudah terbiasa, sudah jadi rutinitas, dst dst. Saya pun gak tahu, dst itu apa lagi tingkatannya. 


Begitupun dengan bersedekah. It is said that kalau kita bersedekah, Allah akan melipatgandakan rezeki kita berlipat-lipat. Tapi ketika kita bersedekah dengan harapan akan mendapat rezeki lebih, tiba-tiba jadi menghilangkan keikhlasan itu sendiri? Apa iya?


Hubungan komunikasi seorang manusia dengan Tuhannya, seharusnya menjadi hubungan yang paling private yang dimiliki seseorang, karena hanya Tuhannya yang berhak menimbang sebuah niat/perbuatan itu terhitung di mana, tertimbang seberapa berat. 


Seseorang mungkin bersedekah dengan harapan didoakan oleh penerima sedekahnya. Sebagian lagi berharap bisa menyucikan harta benda yang ia miliki. Macam-macam alasannya. Apa itu mengurangi manfaat beribadah? Siapa yang bisa memastikan?


(At this point tiba-tiba capek ngetik, dan bingung melanjutkan train of thoughtsnya, lol please pray for me)


Saya percaya kalau hubungan komunikasi dengan Allah itu bisa dilakukan dengan SEGALA CARA. Jangan menahan-nahan apa yang kamu inginkan. Allah is for sure knowing of what you want. Apa saja. Apapun itu. Tapi mungkin Dia menunggumu untuk ‘ngomong’. You have to tell your GOD of what you want. “Kamu mau apa? Seberapa besar kemauan kamu? Seberapa jauh kamu mau mengusahakan itu? Seberapa keras doa yang akan kamu panjatkan? Apa yang akan kamu berikan ke orang lain/padaKu kalau keinginanmu itu Kukabulkan?”


Kalau saya bersedekah karena ingin dapat rezeki berlipat-lipat, apa itu salah? Bukankah akan tetap lebih baik jika dibandingkan dengan, misalnya, saya tidak bersedekah sama sekali? Hal-hal seperti ini kan sangat personal, because I will never tell you what I want, and how I ask Allah of it. Ya buat apa? Yang akan mengabulkan doa saya kan Allah, bukan manusia lain. Meskipun, Allah bisa saja mengabulkan doa kita melalui perantara orang lain.


The point is, jangan takut-takut meminta apapun ke Allah.


Saya ngambek ke Allah aja saya bilang-bilang kok.

“Allah, I’m really mad at you right now. Aku nggak mau solat dulu ah kesel :(“


Salah nggak apa yang saya lakukan? Ya salah, karena meninggalkan solat. Salah, karena jadi suudzon sama Allah, dan lain-lain.


Tapi apa yang saya rasakan ini valid?

Saya yakin ini valid dan manusiawi.


Tapi inipun bentuk komunikasi saya dengan Allah, dan tanpa disadari, I do this everyday. Ya jadi ngebatin aja tiap saat. Ngobrol, curhat atas semuanya.


Emang dijawab sama Allah?

Ya nggak secara langsung. Kitapun nggak tahu kan, Allah tuh gimana jawabnya, dan ini tuh jawaban dari doa yang mana? Kan nggak ada checklist yang visible, yang bisa dilihat dengan mata telanjang.

“Oh ini udah. Yang ini belum.”


Nggak akan pernah ada.

And that’s, I think, is the art of communicating with The Creator.

Kita cuma punya keyakinan. Faith.


Gitu deh.

Dah ah capek, nanti dilanjut lagi.


Stay safe, see you.


Sincerely yours.

Life Update, February 2022

 …I actually wanted to re-type what I’ve been writing from Instagram, but I lost it :( Tadi kuhapus, tapi nggak ngeh kalo ternyata kehapus juga di gallery. So sad.

2022 berjalan dengan cukup baik, so far. Aku pindah divisi-departemen -jadi ganti direktur juga, jadi harus adaptasi lagi sama kerjaan yang baru. Sebenernya seneng banget sama kerjaan di Marcomm, suka juga sama orang-orangnya, tapi karena satu dan lain hal, I decided to move.

The new desk namanya ESG (Environmental, Social, and Governance). ESG Desk ini ya basically monitoring kegiatan perusahaan, dan harus bisa memenuhi aspek ESG. Lagi jadi hot topic nih, secara global. Semua orang ngomongin ESG -at least, professionally.

Sekarang lagi fokus ngelarin Sustainability Report perusahaan, yang harus diupload besok, 7 Februari 2022. Literally besok, haha. Harus upload dalam 2 bahasa sekaligus, pula; Indonesia dan Inggris.

Yang Indonesia aja masih check and recheck, yang bahasa Inggris belum kesentuh sama sekali. Materinya juga belum dikirim sama konsultannya.

Ada juga beberapa pending list yang menunggu untuk dikerjain, materi-materi yang menunggu untuk dibaca. Aku juga masih punya personal to-do list yang harus diselesaikan dan dicek.

Meanwhile, waktu terus berjalan dan nggak nunggu siapapun. It just passed.

Kangen Cirebon tapi belum bisa pulang. Mau naik kereta, takut covid. Mau minta ibu ke sini, takut covid juga. Bingung and sad.

Semoga beberapa bulan lagi bisa ketemu Panca. Kangen banget, udah lebih dari setahun nggak ketemu, which is very weird.

Sehat selalu yah, semuanya. Please doain aku bisa mampir ke sini lebih sering, dengan struktur penulisan yang lebih bagus.

Tadi udah semangat nulis, eh taunya draft yang semalem udah ilang hahaha bye banget.

See you soon!

Sincerely yours.

Sunday, 3 October 2021

An Update.

 They say when you want something, ask God.

Ask God very specifically. Let God knows that you KNOW what you want exactly.

I want to ask God about you. I want to be with you. I want to spend a future with you.

It feels so easy, yet so complicated.

I feel comfortable and anxious at the same time.

I am nervous of all the butterflies.

I am afraid I'll be running out of time, and I don't make the most of it.

I want you, I know exactly.

I want to ask of you to God. To God that I believe in.

I feel so safe and afraid all at once.

What if this is temporary?

Why is God letting me grow my feelings toward you?

What is God's plan? For me? For you? For both of us?

When is the answer provided?

What is the question I should ask, so God will be answering?

What-

Saturday, 28 November 2020

A Loss of A Best Friend, and How I Try Moving On

Hello, again, for the n-th time. I am currently reading Jimin's Weverse Magazine and tiba-tiba pengen nulis aja di sini. Not many people are reading my Blog post jadi kayaknya I can convey my feelings more raw than the usual.

Jimin bilang kalo setelah beberapa lama, akhirnya he gets the gist of the situation; regarding Covid-19 and the inability to meet ARMY, and how we won't know how he will react ketika finally meeting them (us).

Jadi keinget. Bukan keinget sih, kayak reminded aja.

My father, also my best friend, passed away early this month. November 4th, to be exact. Sedih rasanya tapi ada lega juga? Kayak... Lega akhirnya Bapak nggak sakit lagi, lega Bapak nggak usah worry about anything anymore. Ya Allah, berikan tempat terbaik buat Bapak, ya? Ampun dosa-dosa Bapak, ya? Terima semua amalannya, ya?

How I cope with the situation? Situasinya nggak mudah. Aku, mamak, dan Panca, we have to adjust with this new condition. Kami bersyukur bisa langsung melanjutkan hidup: I know Panca is strong. Mamak handles this better than I expected. She is a fighter since the very beginning. She taught me to be an independent woman, jadi akupun alhamdulillah baik-baik aja.

Tapi, kekosongan akan sosok Bapak pasti tetap ada. I live with him for 28 years, dan aneh rasanya ketika mengingat sosok Bapak dan sadar bahwa I can no longer hear his voice, bahwa I can no longer seeing his face in real-time. I have photos and videos, tapi sampe sekarang masih aku hindari. I don't know why. Kayak... Belum pengen aja, nggak mau, maybe nggak sanggup? I don't know.

I told Mom about this and she told me the same thing. Ternyata kita berdua punya cara yang sama kayaknya, dalam grieving and moving on? She told me she deleted almost all photos of my father on the phone. Not because she did not love him, but because she couldn't bear seeing the photos. I guess that's how we'll handle it.

We're not erasing the memories, but the memories are really kept in our mind that it hurts. It hurts that we remember it so well, maybe a photo will break our hearts. Maybe.

I miss you, Bapak. I already miss your jokes. It's unmatched. Your jokes were cheesy but they're the best.

See you in heaven later, Bapak. I hope we can meet and gather again as a family. I always love you.

Tuesday, 17 December 2019

Spring Day by BTS

It's been months and I haven't been able to move on from Spring Day's lyrics sung by BTS. Even the English translation is very good, I wish I could understand how it means in Korean. I mean, translation is good, but it won't do justice to the actual lyrics, idioms, word choice, vocabularies chosen by them (mostly Namjoon).

It’s all winter here, even in August
My heart is running on the time
Alone on the Snowpiercer
Wanna get to the other side of the earth, holding your hand
Wanna put an end to this winter
How much longing should we see snowing down

To have the days of spring, Friend

(English translation lyrics was quoted from Genius)


Snowflakes fall down

And get farther away little by little

If you read the lyrics here, it may not give you the right and proper feels.

I read this while listening to their soothing voices.
Sometimes I watch the music video.

The recent episode of Bon Voyage, Jin played Spring Day in their car.

Several days ago, V(ante) posted several photos of their BV memory, and it hits me again.


BTS in New Zealand, taken from @BTS_twt





















I always want to go to New Zealand and I hope in 2021 I can make my dream come true.
Bismillah!

Sunday, 8 September 2019

Fighting For Your Life Being - My Way of Trying To Be Happy (Part One)

Disclaimer:
This is gonna be a very long story, and at most point, I will be talking about BTS or Bangtan Sonyeondan. I put so much thought into this that I did not start writing for so long.

So, here goes.

The year 2018 was a rough year for me, and I did so many things to distract myself from sadness and negative thinking. I listened to musics, I watched so many movies, I looked for rebounds, I hang out every single day, I splurged a lot for myself. Then, I found this one good book that I still read sometimes. The book is called, "The Little Book of Calm - tame your anxieties, face your fears and live free" by Dr. Aaron Balick. Basically, it delivers a list of tips on how to survive your days from your anxiety or your worry. In one page it says like this:

DO SOMETHING HARD
Finding calm isn't about doing nothing;it's about what you pay attention to, how you focus, and gain control over your thoughts.
Choose anything, a new skill, something that takes effort.
Learning to stick at something hard helps to train your mind.
...
It's a paradox, but you'll find that the harder you concentrate, the quieter your mind will be.

I totally recommend you to buy this book. I found it in PERIPLUS, though. I am not sure if Gramedia sells this book. For you who don't like to read books a lot, I think this one is actually quite good because it only delivers one tips for one page, and you don't need to finish the book in one sit. You can casually pick a random page at a random time, and you're good.

I started my fight in May 2018, but finally be able to exercise that particular tips starting from May 2019. I wish I did it sooner, though.

(I think I will need to write some more from other perspectives, but who knows)

Just like what I said on my first paragraph, this will talk much about the biggest Korean Idol Group on earth, BTS.

Several paragraphs below will be colored dark green because it'll be my ranting about BTS, but if you wish to continue to the main topic, go scroll down to the black colored texts.

I started acknowledging them in 2017 when they performed at AMA and were invited to The Ellen Show. I regularly watch Ellen, so I think they deserved some attention from me. Ellen's guests are always good even though they're not artists. The content is always good and entertaining. So I gave it a go. I was immersed in their performances (I did not watch the interviews though, my biggest mistake). Some Youtube commenters even said that their performance made American artists look lazy.

I started liking them again in May 2019 when I decided to watch Boy With Luv (ft. Halsey) music video. I was shocked at the millions likes and comments in the video. You can watch the video here. Just like a regular girl fangirling over a handsome person, I tried finding their interviews in English, because it is the language I'm most familiar with. It's quite hard, though, and their English wasn't that good, so it's kind of hard to explore more about themselves.

Three days later, I found myself binge-watching every videos I can find about them, and 1-2 weeks later I was able to identify them by their faces. At the moment I write this blog post, I am already able to identify them by their voices, by random internet memes, by their hands, by their fashion, and so on.

Legends say that BTS is one versatile artist. They can transform their music into various genres, using various instruments, but one thing remains: THEIR LYRICS. Their strongest points are their lyrics and their consistent adorable personalities. At this point, I don't even care if their personalities are only a concept planted by their agency. If it is, it's ONE HELL of a concept and they're sticking into it in a VERY LONG TIME that...if it's fake, they'd be melting down already and get tired.

Their songs are just....so so so good. Their lyrics are beautiful, poetic, with deep and meaningful lyrics. I was kind of feeling guilty for sleeping on them back in the days. I regret the fact that I just found them four months ago. I should have found them sooner. Anyway, I always have this kink for beautiful words. I just... think about their lyrics for days, and even only one sentence like "Ai tte nan darou?" meaning "What is love?" in Japanese can hit me so hard after I read the whole lyrics to the song Lights. 

BTS is so versatile that I believe it's impossible not to fall in love with them (even though they have countless haters, too). I watched a thousand reaction videos on Youtube where people from various backgrounds fall in love with them for different reasons. Watching their music videos are amazing, too. I mean, you can fall in love with them for their songs, for their faces, for their choreography, for the amazing cinematography in their MVs, the story line they deliver, the poetic yet meaningful lyrics, their personalities and humbleness, their raps, their versatility as an artist, and so on and so forth.

Down below, I will be listing down several BTS songs that have very meaningful lyrics and somehow making me feel better.

BTS - Lights (English translation, the song is sung in Japanese)

Every time I'm thinking about love
I don't wanna listen to just happy songs
I'll face my loneliness, color my life

Losing and gaining, but I'm still searching for something today 
...
Dawn will come to the darkest of nights
Overcome, even the future
We won't stop from now on 
Decide for yourself what it means to be happy
Every day, take a step to grow up

You can watch/listen to the coded and translated lyrics on Youtube, here.

When I read "Decide for yourself what it means to be happy" I suddenly realized that it's actually my choice to be happy or not. I should not depend on someone or something else. It's my decision. My surrounding can influence my state of mind only if I let it go inside my head.

Everything is cliche, though. It's just come at us in different words.

RM, the leader of BTS, once said that if BTS can lower our sadness and anxiety even only for one percent, that will make them feel useful. He said, "Please use me, please use BTS to be happy (if they can)". And they do make me happy. I know, I feel strange too, that I feel happy listening and watching over seven people singing, dancing, acting cute, and just doing their activities. Seven people that are unreachable in real life.

But it works.

People who struggle with mental health don't need to be preached, "You need to pray more and getting closer with God." Trust me, if it helps them the first time they tried, they won't be struggling over and over again, especially with the suicidal thoughts. I think what they need the most is finding something that can ease the minds. These four months, BTS helps me. I get positive thoughts EVERYTIME I listen to their music and read their lyrics. I super love the melodies, too.

 The second song that has a healing effect is called Magic Shop.

BTS - Magic Shop (English translation, sung in Korean)

I know that you’re hesitating because even if you say the truth
In the end it will all return as scars
I’m not going to say anything blatant like “find strength”
I will let you hear my story, let you hear it
...
On days I hate being myself, days I want to disappear forever
Let's make a door in your heart
Open the door and this place will await
It's okay to believe, the Magic Shop will comfort you
...
While drinking a glass of hot tea
And looking up at the Milky Way
You’ll be alright, oh, this here is the Magic Shop
...
I always want to be the best
So I was impatient and always restless
Comparing myself with others became my daily life
My greed that was my weapon suffocated me and also became a leash

But looking back on it now, truthfully
I feel like it’s not true that I wanted to be the best
I wanted to become your comfort and move your heart
I want to take away your sadness, and pain 

 You can watch/listen to the coded and translated lyrics on Youtube, here.


"While drinking a glass of tea" feels like a simple sentence, but the sentence following it, "And looking up at the Milky Way" sounds so strong. Combined, it becomes one activity that somehow ease my mind. I keep repeating those two sentences. Drinking a cup of tea while looking up at the sky seems a good idea. A good thing to do. All I need to find is the place to do it. It can be done inside a coffee shop, while reading books, maybe while writing, just kill some time. I know it won't work for EVERYBODY, but it's not a bad idea, is it? It's worth to try.

The point is, each of us need to find that ONE THING that makes us immersed, absorbed, dedicated, so that we can get distracted and forget about the broken hearts and sadness we all experience. It doesn't need to be something deep or complicated. It can be the most simple thing we find beside us. 

Please try. Please be happy.

I can write a million more words about this, but for now I will just leave it here and continue later. I hope this is useful for you. Please be happy and start loving ourselves.

Sunday, 23 September 2018

Crazy Rich Asians, A Food for Thought

Picture taken from IMDb

Sekitar akhir tahun 2017 kemarin, akhirnya saya tertarik membaca sebuah novel yang berjudul Crazy Rich Asians. Sebenarnya novel ini sudah terbit sejak tahun 2013, dan cukup menimbulkan kontroversi. Crazy Rich Asians menggambarkan kehidupan (dan gaya hidup) orang-orang super kaya Singapura, yang dikenal dengan istilah HNWI (High Net-Worth Individuals). Menurut novel yang dibuat oleh Kevin Kwan ini, saking kaya dan prestisiusnya, HNWI justru nggak terekspos di Forbes maupun daftar orang terkaya versi manapun. Kalaupun iya, nilai kekayaan yang tercantum biasanya nggak sesuai dengan kekayaan mereka sesungguhnya.

Kadang saya ngerasa beruntung karena nggak perlu lama-lama nunggu sebuah novel diadaptasi ke film. Baca novelnya di akhir 2017, eh Crazy Rich Asians dibuat film dong! Rilis di bulan Agustus, saya harus nunggu sekitar sebulan untuk filmnya tayang di bioskop di Indonesia. Huft, kalo kaya mah pasti udah terbang (atau diundang) di premiere filmnya, ya. Sewa bioskop khusus untuk nonton bersama keluarga, kerabat, dan teman, sambil ngundang cast and crew sekalian. Kalo mau hambur-hambur duit jangan setengah-setengah lah, ya.

Apa? Khayalan saya kurang tinggi? Bhaiiiqqq.

Nonton bersama temen kosan saya (Winda), yang kebetulan penggemar novel itu juga. Asyik sih, jadi kalo ngomentarin nyambung. Kita berdua juga penggemar berat salah satu karakternya, yaitu ASTRID LEONG. Sumpah deh ini perempuan goals banget. Yes, we're both aware that her existence is only an illusion. We don't even know if such persona exist in real life.

Crazy Rich Asians menceritakan kisah cinta Rachel Chu dan Nicholas Young, di mana Rachel ini adalah (((sobat misqin))) dan Nicholas Young (Nick) adalah orang super duper kaya tujuh turunan dan nggak mungkin miskin apapun yang terjadi (kecuali kiamat). Nick lumayan tertutup soal keluarganya, dan dia berencana ngajak Rachel ke Singapura untuk menghadiri pernikahan sohibnya, Colin dan Araminta.

Sisa ceritanya googling aja lah ya, banyak kok.

Apa yang saya suka dari film (dan novel) Crazy Rich Asians ini?

The Casts

Nggak kayak film Hollywood lainnya yang mengadaptasi kisah dari benua lain, film ini berani ngambil orang Asia untuk berperan. Ada sih, bule-bule barat, tapi cuma cameo dan kerjaannya cuma joget-joget di pinggir kolam renang. Sisanya? Full Asians! Ada yang protes sih, karena kelihatannya pemeran film ini diambil dari satu ras tertentu, dan hanya menggambarkan kehidupan kekayaan masyarakat Asia Timur. Ya, gimana ya, keluarga yang diceritakan oleh Kevin Kwan juga kan imigran Singapura yang berasal dari China. Mungkin emang dia pengen nyeritain itu dan taunya itu. Seingat saya, ada konglomerat Indonesia juga yang disebut (dan jadi figuran di film ini), tapi lupa ahahaha.


The Lifestyle

Sebagai sobat misqin Twitter, tentu sangat menarik bisa ngeliat dan tau gimana gaya hidup orang kaya. Meskipun kita nggak tahu rasanya, paling nggak bisa ngintip-ngintip dikit lah. Kehidupan jetset yang tergambar emang cukup bikin ngiler sih. Pelayan/pembantu di mana-mana, naik pesawat first class udah kayak naik Grab bayar pake OVO (maksudnya, murah banget gitu), soiree sesering mungkin, main mahjong, dateng ke klub-klub eksklusif, dan lain-lain.

The Characters

My most favorite character in this movie: definitely Astrid Leong! Perempuan yang memang udah tajir ini tetep ngebuktiin bahwa dia kuat, independen, dan nggak bergantung ke laki-laki. She keeps a low profile, "menurunkan" dirinya demi memenuhi ego suaminya, yang ujung-ujungnya tetep ngerasa terintimidasi. Whay I believe is... Guys, if a woman has loved you, she will love you sincerely, unconditionally, without caring about your state. Perempuan akan menyesuaikan kondisinya dengan suaminya/laki-laki yang ia cintai. Yang perlu dilakukan laki-laki adalah bersungguh-sungguh berusaha untuk kehidupan yang lebih baik. For two strong individuals, this is a war of ego, I think. That's why some people are separated eventually. Not because they stop loving each other, but because one (or even both) of them cannot compromise the ego any longer.

Eleanor Young juga oke banget. Dianggap sebagai "orang luar" oleh keluarga Young, Eleanor nggak akan pernah dianggap cukup pantas untuk Philip (Bapaknya si Nick, sayangnya di filmnya nggak ditampilin). Philip sendiri sebenernya nggak begitu peduli sama usaha keluarganya (?) dan lebih seneng memancing di Australia. Kalau di film, Philip dijelasin lagi ada bisnis di Shanghai kalo nggak salah.


Penggambaran Rachel Chu lebih baik dari yang saya bayangkan. Di novelnya, Rachel kelihatan lebih vulnerable. Adegan permainan mahjong bersama Eleanor emang oke banget sih. Di sini Rachel bisa menunjukkan kekuatannya dia, dan menunjukkan ke Eleanor dirinya yang sebenarnya. The reason why Nicholas Young gets heels over head with this woman. 

Scene Stealer

Namanya juga nonton film, pasti ada scene favorit. Buat saya, adegan favorit adalah PERNIKAHAN ARAMINTA dan COLIN. Mostly not because of the "Can't Help Falling in Love" song or the staring war betweet Rachel and Nick, but because of ARAMINTA'S WEDDING GOWN yang super duper kece banget Ya Allaaah emang luar biasa!!! Nggak ngerti lagi kenapa bisa begitu lucunyaa itu baju huhuhuhu.

Picture taken from IMDb

Overall, menurut saya, Crazy Rich Asians ini adalah film tentang perempuan. Soalnya, penggambarannya tuh lebih banyak dari sudut pandang Rachel, Eleanor, Astrid, Peik Lin, ketimbang dari sudut pandang laki-laki. Penggambaran perempuan yang bisa tetap kuat apapun yang terjadi padanya, bagaimana perempuan bisa mengendalikan rasa sakit yang ia rasakan, pengambilan keputusan, dan lain-lain. Jangan lupa dengan ibunya Rachel yang sanggup membesarkan anaknya seorang diri, di negara adidaya Amerika Serikat. Apapun yang dirasakan Rachel, ibunya merasakan jua. Sakit, senang, sedih, marah. Ibunya pun nggak pernah memaksakan kehendaknya ke Rachel. She understands very well that her daughter only needs time to heal. Rachel is a smart woman, she knows what to do. 

Dan... Jangan lupa quotes paling terkenal dari Astrid Leong.
"It was never my job to make you feel like a man. I can't make you something you're not."

Sunday, 19 August 2018

Pesan-Pesan Moral yang Bisa Diambil dari Film "Sebelum Iblis Menjemput"

Sebelum Iblis Menjemput (2018)
Foto Poster Diambil dari IMDb.com


Udah pengen nonton film ini sejak banyak yang mengelu-elukan film ini di jagad raya Twitter. Sebenarnya, saya pengecut untuk urusan film horor, tapi penasaran pengen nonton, dan saya menikmati rasa takut yang menghampiri ketika menonton. Haha. Saya bisa gelisah bener di kursi. Gerak sana-sini, nutupin mata pake jilbab (semacam saringan untuk mata, jadi adegan di layar nggak keliatan jelas), atau memicingkan mata supaya layarnya berbayang. Dengan begitu, saya bisa menghindari liat-liatan sama setannya, haha.
 
Sesuai dengan judulnya, saya akan memberitahu Anda sekalian, sebenarnya pesan moral apa sih yang bisa diambil dari film ini? Emang ada ya? Jadi, tulisan ini nggak akan banyak mengulas tentang filmnya, ya.
 
Overall, I would give this movie 8 out of 10. Filmnya nggak seseram Pengabdi Setan, tapi seru buanget. Penampakan setannya begitu paripurna, nggak tanggung-tanggung. Larinya kencang, cakaran dan gigitannya nyata. Seperti biasa, manusianya yang bego.
 
Pros:
  1. MUSIC SCORINGNYA JUARAA!!!!! Walaupun merem, tetep kerasa horornya. Jump scares-nya juga nggak setengah-setengah. Harus siaga 1 setiap saat.
  2. Saya suka sekali dengan aktingnya Pevita Pearce di sini. Meskipun ada juga tindakan-tindakan bego yang dia lakukan, tapi menurut saya aktingnya oke. Tatapan kosong dan kesurupannya juga meyakinkan (iya, Pevita kerasukan di sini).
  3. Gore. Banyak darah, bacok-bacok cantik dan mandjah, sampe membuat saya beberapa kali pengen muntah. 
  4. Suasananya beneran mencekam. Gelap-gelap gimana gitu. Cocok lah buat film horor. 
Cons:
  1. Bego. Udah tau terjebak di antah berantah, bukannya kabur pas siang hari, ini malah nunggu sampe malem baru kepikiran "Kita harus pergi dari sini!" YANG BENENG DOOORRR 
  2. Di beberapa bagian terlalu dramatis, lebay (kalo ga masuk akal mah udah sejak awal)
  3. Alur ceritanya kurang oke. Konfliknya kurang kompleks.
  4. Setannya keliatan make-up.
Itu aja deh reviewnya, sekarang kita langsung cus ke pesan moral ya. Maafin kalo prolognya panjang bener.

Kejarlah Harta Secara Halal, Yaitu dengan Bekerja
Segala hal yang dimulai dengan tidak baik, tak akan pernah berakhir baik. Kalau ingin kaya ya bekerja dengan giat dan cerdas. JANGAN PESUGIHAN! Jangan pernah membuat perjanjian dengan setan! Nanti yang kena imbasnya bukan hanya kamu, tapi orang-orang terdekatmu juga. Anakmu nggak bisa memilih orang tuanya seperti apa, tapi kamu punya pilihan untuk nggak menumbalkan anakmu ke iblis. Terutama iblis yang jelmaannya kambing dan perantaranya harus nelen rambut manusia untuk legalisasi kontraknya.

Telusuri Bibit-Bebet-Bobot dalam Memilih Pasangan
Ini juga penting banget. Ketika kamu memilih pasangan, pastikan pasangan kamu nggak punya orang tua yang tiba-tiba tajir banget, terus tiba-tiba bangkrut tanpa alasan yang masuk akal. Apalagi kalau istri pertama dari ayah pasanganmu meninggal dengan cara bunuh diri, dan hubungan keluarganya carut marut. Sorry if this seems judgmental, jadikan peringatan aja sih. Kamu nggak mau kan, tiba-tiba pacar kamu nelpon minta diselamatkan dari sebuah vila di tengah hutan, eh pas kamu nyampe di sana, malah ketemu sama kakaknya dan kamu dipukulin sampe mati dengan kepala berdarah-darah dan remuk?

Kesempatan Tidak Datang Lebih Dari Dua Kali
Ketika kamu terjebak di vila di tengah hutan, mobil rusak digigitin zombie kesurupan setan, jangan menyia-nyiakan kesempatan untuk kabur di siang hari. Nggak usah banyak mikir, langsung cus aja kenapa sih! Harus banget nunggu malem, di saat setan lagi kuat-kuatnya, baru sadar, "Kita harus pergi dari sini!"? Percuma aja, yang ada kalian bakalan mati.

Selalu Siapkan Charger Ke Manapun Kamu Pergi
Kemalangan nggak ada yang tahu kapan datengnya, Beb. Kamu juga gak akan pernah tahu kapan akan terjebak nggak bisa keluar dari tengah hutan dan ancaman iblis yang menjalin kontrak dengan bapakmu. Ketika kamu ingin mencari pertolongan, telepon adalah salah satu cara paling mudah. Bawa charger ya! Jangan sampai ketika mau nelpon polisi, eh baterainya malah habis. Dengan begonya, kamu malah nelpon pacar kamu, bukannya nelpon 110 sebagai emergency call-nya. Terus kalo udah tau baterainya habis, segera isi daya baterai kamu, jangan malah maki-maki nggak jelas.

Eh ternyata sedikit ya tipsnya, hmmm. Yaudah deh, pokokmen film Sebelum Iblis Menjemput ini oke. Sebuah angin segar bagi dunia perfilman Indonesia. Nggak kayak beberapa tahun lalu yang menjual perempuan berpakaian seksi, cerita yang jauh dari masuk akal, setan yang nggak serem, dan adegan-adegan cringe-y lainnya. Yang belum kesampaian adalah nonton Kafir. Katanya bagus juga, tapi udah jarang banget ditayangin di bioskop.

Bulan ini lagi nunggu Venom, Aruna dan Lidahnya, sama Wiro Sableng. Semoga rezeki lancar biar bisa nonton semuanya!

See you later!
 

Sunday, 22 July 2018

Physical Insecurities: Mencintai Diri Sendiri

Beberapa hari lalu, saya membuat sebuah Instagram story tentang physical insecurity. Saya meyakini bahwa setiap orang pasti punya bagian tubuh yang dibenci, nggak peduli berjuta-juta orang telah bilang, "Kita semua sempurna. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Kita harus mencintai kondisi tubuh kita, bagaimanapun Tuhan menciptakan kita."

The thing is, manusia yang terlahir dengan anggota tubuh lengkap pun merasa kurang. Apakah itu artinya kita adalah makhluk yang tidak tahu terima kasih kepada Tuhannya? Apakah itu berarti kita tidak berempati kepada saudara-saudara kita yang memiliki kekurangan? I don't think so. Hanya karena kita mengeluh, bukan berarti kita tidak berempati. Manusia itu hebat, kita bisa merasakan banyak hal dalam satu waktu. We can feel both sad and happy at the same time.

Di dalam Instagram story yang saya buat, saya bertanya kepada teman-teman saya:

What is your physical insecurity?

Jawabannya cukup membuat saya terkejut. Ternyata banyak juga hal-hal yang membuat kita tidak nyaman dengan diri sendiri. Beberapa di antaranya:

  • Gigi tonggos - padahal saya ngerasa orang ini cantik banget.
  • Semenjak jadi ibu menyusui, payudara jadi gede banget. Nggak pede pake kebaya.
  • Lengan kekar.
  • Bibir kecil, muka kecil, kepala kecil, rambut tipis - I think he's okay, though.
  • Tete kecil - never thought you would feel like this, Sis.
  • Ngerasa ganteng - kayaknya ini orang cuma iseng aja sih ikutan, haha.
  • Betis - nggak ada penjelasan betisnya kenapa, tapi saya rasa, "Betis gede"?
  • Bungkuk - another fine lady feeling insecure about herself.
  • Hidung terlalu mancung - saya rasa ini adalah sarkasme-nya dia sih, soalnya teman yang satu ini sering digodain pesek.
  • Rambut rontok - kayaknya laki-laki insecure dengan kerontokan ya?
  • Gendut - frequent answers. 
  • Mata panda, gigi spasi - another pretty girl.
  • Bibir tebel, nggak pede.
  • Pantat gede tapi kepala kecil, ngerasa nggak proporsional.
  • Muka lebar, paha gede.
  • Bokong gede.
  • Jerawat. 
Ternyata orang-orang di sekitar saya pun merasa banyak kekurangan. Mereka masih merasa bahwa kondisi fisik mereka tidak sempurna, dan patut untuk dikeluhkan.

You know what? I think that's really okay!

Selama ini kita dituntut untuk mencintai diri sendiri. Saya sendiri bagaimana? Saya cinta kok dengan diri saya. Makanya saya merawat diri. Mandi setiap hari (saya biasanya mandi satu kali sehari. Mohon maaf ya kalau menurutmu jorok, hahaha), pakai skincare, gosok gigi secara teratur, memakai deodoran, memakai lotion, berdandan, memakai baju yang bersih dan tidak berbau tidak enak, menyemprotkan parfum, menjaga pola makan, dan lain sebagainya.

Selama 26 tahun saya hidup di dunia, saya tidak pernah gemuk. Saya selalu kurus. Sebelum beranjak remaja, saya kesal kalau dipanggil kurus, kayak lidi, kayak belalang, kayak ini kayak itu. Rasanya sedih. Beranjak SMP, saya dipanggil tonggos. That's where I found another insecurity about myself. I got a set of teeth that looked like rabbit teeth or rat's teeth. I wasn't confident with myself. I wanted to get braces, but my family couldn't afford that. What should I do? I decided to embrace it and not make a fuss about it. They kept calling me tonggos but it did not hurt me anymore.

Masuk SMA, masih kurus.
Masuk kuliah, masih kurus.

Masa perkuliahan sama kerja kali ya, yang bikin saya galau banget sama bentuk tubuh dan berat badan. Banyak yang iri dengan berat badan saya. Sebanyak apapun makanan yang masuk ke tubuh saya, nggak akan menambah berat badan saya. It stays. 

"Enak ya, Suvi. Makannya banyak tapi badannya segitu-gitu aja."

Saking banyaknya yang bilang begitu, akhirnya saya menganggapnya sebagai pujian. Saya menganggapnya sebagai sebuah pencapaian. Tidak semua orang bisa seperti saya. Ternyata, insecurity saya bermula dari sini, Saudara-Saudara sekalian.

Suatu ketika, di bulan puasa, saya malas sekali mencari makanan baik untuk sahur maupun berbuka puasa. Saat itu saya masih berada di Cikarang, meskipun perkuliahan sudah libur. Saya memiliki beberapa kegiatan di kampus, and I stayed for those. Saya makan seadanya, dan menyadari bahwa saya kehilangan 6 kilogram dalam waktu 2 minggu saja! Pipi saya terlihat tirus dan entah kenapa saya merasa lebih cantik. WOW.

2 bulan setelahnya, saya mendapat sebuah project untuk menjadi panitia acara pertukaran pelajar yang diadakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Saya dan teman-teman lain yang terlibat diberikan fasilitas menginap di hotel selama kurang lebih 2 minggu, dan saya kalap ketika makan, karena memang enak sekali. Sepulangnya dari lokasi, berat badan saya naik kembali sebanyak 6 kilogram, dan PERUT SAYA BUNCIT! Ketimbang memikirkan kenaikan berat badan, saya lebih takut dengan buncitnya perut saya. Saya merasa begah setiap saat. Saya merasa perut saya bisa meledak sewaktu-waktu, dan saya merasa bentuk badan saya jadi aneh. Perut buncit... There's nothing good with it!

Karena tidak berolahraga secara rutin, saya pun menemukan kesulitan mengembalikan kondisi perut saya seperti sediakala. Butuh waktu berbulan-bulan hingga saya merasa perut saya rata kembali.

Memasuki masa-masa bekerja, kondisi kesehatan saya mulai memburuk.

Memburuk gimana sih, Suv?

 Perut jadi gampang buncit, cepet pusing, gampang lemes (seringnya sih ya karena memang jarang olahraga), dan lain-lain. Berat badan stabil, tapi justru saya menemukan insecurities lain dengan tubuh saya. Kenapa jika berat badan saya naik, badan saya membesar di bagian-bagian tertentu dan tidak merata? Paha, pipi, lengan, perut. Saya nggak punya masalah dengan kenaikan berat badan, asalkan proporsional. My current stable weight is 47-48 kilograms. I get scared once it hits 50-ish, especially when the increase only contributes to several parts of my body. It sucks.

Puncaknya adalah tahun 2017 bulan April, ketika saya terkena tipes. Saya nggak pernah sakit parah selama hidup, jadi pertama kalinya saya kena tipes, saya merasa sangat lemah. Setelahnya, saya berniat untuk memperbaiki pola makan. I usually eat whatever I want. I have the money to buy food, so why not? Setelahnya, saya mulai menjaga asupan makan. Saya nggak diet, saya juga nggak menghitung nutrisi yang masuk ke tubuh saya, tapi saya berusaha makan dengan seimbang setiap harinya. Sudahkah saya poop hari ini? Sudahkah saya makan sayur atau buah? Bagaimana dengan protein? Berapa gelas kopi yang masuk ke kerongkongan hingga sore ini? Berapa gelas air?

Something like that.

Beberapa bulan lalu, berat badan saya tiba-tiba mencapai 50 kilogram dan saya syok. Saya nggak mau berat badan saya kepala lima! Gimana kalau nggak bisa diturunin lagi??

Then I got my heart broken and it easily helped me lose weight. I lost about 3 kilograms in a week.

Dan saya memutuskan untuk membuatnya menjadi titik awal (lagi). Apa yang saya lakukan sekarang untuk menjaga pola makan dan berat badan saya:
  • I've stopped eating instant noodles since April 2017 (and discovered healthy instant noodle from Lemonilo just a couple days ago. It tastes amazing.)
  • Saya selalu sarapan makanan ringan, ditambah buah. Kalau buahnya nggak habis, saya bisa menjadikannya cemilan menjelang siang. Perut tetap kenyang, cemilannya sehat.
  • Saya menyeduh teh atau kopi di pagi hari, lumayan memenuhi asupan gula harian. Jika saya minum kopi jam 9 pagi, biasanya saya kebelet pup di jam 10.00-10.30 pagi. Lumayan kan, metabolisme saya?
  • Saya selalu punya stok cemilan di laci kantor (you can definitely ask my colleagues), tapi akhir-akhir ini saya membeli granola untuk cemilan. Makan granola cepet bikin bosan, jadi 1 bungkus granola (lupa merknya, tapi bisa di-zip kembali) biasanya baru habis setelah 1 minggu. Lumayan, bukan?
  • Saya masih BANGET makan micin kok, tapi ya jangan banyak-banyak dan jangan sering-sering.
  • ALWAYS SAY YES TO FREE FOOD! Ada pizza gratis di kantor? Martabak manis yang kejunya tumpah-tumpah? Ya dimakanlah! Ngapain juga diliatin doang?
  • Beli makan sebelum pulang ke kosan. Biasanya saya pulang selepas maghrib, jadi beli makan dulu, baru ke kosan. Kalau ke kosan dulu, nanti jam 8-9 laper, terus males keluar, terus jadi pesan-antar. Lebih mahal, belum tentu habis, kemudian besok pagi perutnya buncit karena makan kemaleman. Hahahaha.
  • Rutin berpuasa. Saya baru menjalankannya 2 minggu, so I still have a long way to go. Bagi saya, puasa tidak hanya membantu kita menahan hawa napsu, tapi juga cleansing pencernaan. Just remember the healthy purpose of Ramadan fasting, and apply it routine.
 Jadi, kalau ada yang nanya ke saya, "Suvi, diet? Ngapain diet sih kan udah kurus?", kadang saya iyakan, kadang saya sanggah. Jika saya diet agar tetap kurus, benar juga sih. Sekarang saya punya ketakutan untuk jadi gemuk, jadi saya mengatur pola makan. Lebih dari itu, saya ingin makan sehat agar di masa tua saya, saya nggak terkena komplikasi penyakit. Amiiin.

I think it's good to have insecurities as long as you take it as a motivation to be better. Try to embrace your weakness, and turn it to something great. I admit my physical insecurity when I was in college, I told everyone that I wasn't confident with my teeth, and instead, they told me it's not a big deal. I felt so relieved. No one talks bad about my teeth afterwards.

Everyone holds at least one physical insecurity, no matter how perfect they look like. We just don't know it. Let them be. They need support and good words, bukan kalimat-kalimat yang menjatuhkan, berkesan negatif, dan menurunkan rasa percaya diri mereka.

Ada yang bilang, satu cara mencari solusi atas sebuah masalah adalah dengan mengakui bahwa kita punya masalah terlebih dahulu. Dengan begitu, kita bisa fokus mencari jalan keluarnya.


Ngemeng apa sih, Suv?
Hahahaha.

Udah ah nulisnya, capek.

See you later!

Thursday, 12 July 2018

Hereditary (2018): How I Feel About This Movie?

Image Courtesy: IMDb.com





SPOILER ALERT!
So you might want to skip this post if you haven't seen the movie and don't want to get spoiled.
Either way, you can continue reading!

Postingan saya kali ini bukan mau review film yah, saya nggak mampu memberikan review secara profesional, jadi saya hanya akan menceritakan perasaan saya setelah menonton film yang satu ini. This movie leaves a quite big impression on me, so I need to write it.

Film ini sangat membekas, saya nggak bisa berhenti memikirkan/membicarakan film ini sejak saya menontonnya 2 hari lalu. Saya mencari-cari teman-teman yang sudah menonton dan membahasnya berkali-kali. Hahahaha.

Penasaran nonton karena Joko Anwar bilang filmnya bagus, and some say this movie is an upgraded version of  Pengabdi Setan. Jadi, saya penasaran. Pergilah saya menonton.

Agak menyesal juga sih nonton di bioskop. Saya merasa ketakutan. Ya Allah, filmnya serem banget! Mau pulang ajaaa! Merupakan pemikiran yang paling sering terlontar di dalam hati sepanjang 2 jam filmnya berlangsung. Untungnya saya bisa menikmati film ini, nggak seperti ketika menonton The Killing of  A Sacred Deer (bener-bener mual).

Saya, ketika menonton film horror, biasanya nggak memperhatikan nama-nama karakter. Taunya hanya "Emaknya", "Bapaknya", "Anak yang paling gede", semacam itu. Begitupun ketika menonton Hereditary. Hapalnya hanya status karakter di dalam keluarga tersebut (dan maksimal nama depannya).

Hereditary diawali dengan meninggalnya seorang nenek-nenek di satu keluarga. Ternyata, Nenek meninggalkan misteri untuk keluarga yang ia tinggalkan. Saya nggak pernah yakin atas kedekatan anggota keluarga Graham, soalnya terasa aneh. Annie (Si Emak) ini sedih nggak sih atas kematian ibunya? Yang kelihatan jelas-jelas sedih hanya si Charlie (Anak Yang Kecil). Ternyata Charlie emang favorit neneknya, paling disayang. Menurut saya, hubungan keluarga Graham ini memang agak renggang. They live together only because they're family. Kalau nggak, ya mungkin udah pada misah kali hidupnya? Soalnya, affection juga nggak diperlihatkan secara jelas di film ini.

Charlie ini udah terasa aneh banget sih karakternya. Suka menggambar, menyendiri, ngomongnya rada aneh. Masa, dia ngomong ke Emaknya begini, "Mak, siapa yang ngurus aku nanti kalau Emak mati?"

What the hell, Dude?

Secara tiba-tiba gitu loh. Hahahaha. Damn.

Terus keluarga Graham ini juga aneh banget, tinggal di pinggir hutan pinus (?) gitu, dan jauh dari mana-mana. Kalau mau pergi/pulang sekolah atau pergi ke tempat lain, mereka harus ngelewatin padang pasir semacam savana gitu, dan sepi banget. Siapa pula yang mau tinggal di tempat seperti itu? Ketika malam, serem banget rumahnyaaa! Oh ya, they also own one tree house.

Charlie has peanut allergy. Dijelaskan sewaktu Charlie ngegigit coklat di rumah duka, dan orang tuanya nanya apakah coklat yang dia makan ada kacangnya. Dijawab nggak oleh Charlie.

Kemudian, suatu hari, Charlie disuruh ikut kakaknya (namanya Peter) pergi ke pesta. Yang nyuruh Emaknya sih. Ikutlah yakan.

Terus Charlie ditinggal sama Peter buat ngeganja gitu. Charlie akhirnya makan kue coklat (yang mengandung hal yang bikin alerginya kambuh). Ngerasa sesak, Charlie minta pulang ke Peter. Si Peter, udah mah setengah ngefly, harus nyetir juga. Charlie ditidurin di jok penumpang belakang, udah nendang ke sana-sini karena nggak kuat dengan alerginya. Peter ngebut, soalnya ngejar waktu sampai ke rumah/rumah sakit. He drove for like 80-100 mph. Nyetir sekencang itu di jalanan yang sepi banget.

Charlie yang ngerasa sesak nggak tertahankan, memutuskan buat ngeluarin kepala (dan setengah badan) dari jendela mobil. Lah kok ya tiba-tiba ada anjing mati di tengah jalan, Peter harus banting setir ke tepi...... Terus tau-tau aja ada frame mukanya Charlie, terus ada tiang listrik gitu.

Terus ada bunyi GEDEBUK!

Tau lah ya apa yang terjadi kemudian.

Tapi entah kenapa nggak langsung diperlihatkan.

Cuma ada adegan Peter ngeliat cermin tengah mobil, terus dia nanya ke Charlie "...You okay?" Nggak ada jawaban. Peter lanjut aja gitu nyetir pulang ke rumah.

I knew something was wrong. Something had went terribly. But! I did not want to conclude anything before I saw what happened. Before they showed us what actually happened. So I opened my eyes very carefully.

Peter nyampe rumah, nggak ngebukain pintu buat Charlie, tapi langsung masuk aja ke rumahnya. Emak-Bapaknya bercakap-cakap semacam ,"Tuh mereka udah pulang". Tapi nggak berinisiasi untuk ngecek anaknya atau gimana. Peter masuk ke kamarnya, terus masuk ke dalam selimut.

INI PASTI ADA YANG SALAH!!!!! PASTI BANGET!!! PASTI CHARLIENYA MATI KAN? TAPI GIMANA MATINYA? KEPALANYA KEBENTUR TIANG SEKENCENG ITU, PASTI MATI KAN? TAPI MATINYA GIMANA?

Segala spekulasi dan tekanan jiwa merasuk raga. Yaelaaaah cepetan napa kasi liat gimana jadinyaa!

Adegan beralih close up ke wajahnya Peter dengan tatapannya yang udah kosong banget. Terus tiba-tiba ada teriakan miris banget dari Emaknya. Sedih banget lah pokoknya. Terus Emaknya teriak-teriak histeris nggak jelas gitu, bilang pengen mati aja, nggak mau hidup lagi. Kenapa anaknya kayak begitu....

NAH KAN BENER CHARLIENYA MATI KAN?? TAPI MATINYA GIMANA?

Terus tiba-tiba ada  scene kepalanya Charlie dikerubungin lalat. Di pinggir jalan. Di siang bolong. Kepalanya ternyata putus, Coy! Kepalanya nggak pernah bisa balik ke rumah! Charlie yang ada di dalam mobil itu.... Nggak ada kepalanya. Ya Allah ya Tuhanku huhu.

FAK. THE GRAPHIC WAS SO.... OH MY GOD. OH MY GOD. Saya nggak tau gimana caranya ngehilangin visual itu dari kepala saya sekarang.

Bisa ngebayangin nggak, jadi seorang kakak, nyetir buat adeknya karena alergi adeknya kambuh, terus malah nabrak tiang, terus kepalanya potel. Mau ngomong ke orang tua juga ga berani kali! Abis itu malah pergi ke kamar dan diam sampai pagi :((( Terus paginya denger tangisan Ibu yang sangat memilukan.

The tense. Oh God. I couldn't handle it well. It was so frustrating, but I had to keep watching. I wanted to know what happens, and how the movie would end.

Adegan itu terlalu berkesan untuk saya, jadi saya nggak begitu menghiraukan adegan-adegan setelahnya, sampai....

Annie neriakin Peter di meja makan. Aktingnya Toni Collette (yang jadi Si Emak) wow banget sih di sini. Saya nggak bisa ngebayangin rasanya kalau Ibu saya berteriak seperti itu, menyalahkan saya atas kecelakaan yang sudah terjadi. I might have committed suicide. Why should I live in a family that does not love me? Why should I hold on with a mother who resents me? Well, at least I'd runaway from home, for sure. Get a new life.

Ceritanya berlanjut tentang bagaimana keluarga Graham menjalani hidup mereka yang suram setelah kematian Charlie. Suram, nggak ada semangat hidup. Kayak ngejalanin hidup masing-masing, karena memang mereka semua terpukul, trauma atas apa yang udah terjadi. Emak dan Bapak sudah mengonsumsi obat penenang supaya bisa tidur. Peter.... Saya nggak bisa ngebayangin gimana dia bisa tidur setelahnya. Pasti kebayang-bayang terus seumur hidupnya. Dia nggak akan memaafkan dirinya sendiri.

Kemudian, Annie ketemu sama orang namanya Joan yang baiiiiiik banget, ga ketulungan. Udah sempet curiga sih, dan ternyata emang bener. Joan ini yang menjerumuskan Annie semakin dalam ke kegelapan. Diajarin cara manggil arwah, ceritanya untuk manggil arwahnya Charlie. Makin-makinlah si Annie keganggu pikirannya kan.

Dilakukanlah ritual pemanggilan arwah itu... dan berhasil. Annie jadi terobsesi, kemudian kebiasaan dia untuk tidur sambil berjalan kembali lagi (yang membahayakan Peter). Annie bahkan sempet bilang ke Peter, "I never wanted to be your mother." Sakit banget pasti rasanya. Peter beberapa kali hampir dibunuh sama Annie secara nggak sadar.

Endingnya absurd banget. Annie meriksa loteng untuk nyari tahu masa lalu emaknya, nemuin buku-buku sekte memuja sesuatu yang nggak jelas, pake pengorbanan segala. Terus... di loteng itu dia nemu mayat Si Nenek... tanpa kepala. Si Bapak menuduh Annie-lah yang sebenernya ngebongkar kuburan Si Nenek dengan sleep-walkingnya. Absurd banget kan.

Annie akhirnya bilang ke suaminya kalo dialah satu-satunya yang bisa mengakhiri ini. Ngebakar buku punya Charlie yang jadi medium pemanggilan arwah, yang malah... Ngebakar suaminya. Don't ask me how that happened. I don't have any idea.

Peter ngeliat Bapaknya udah gosong, terus dia ngerasain sesuatu yang nggak beres. Emaknya tiba-tiba hinggap di langit-langit ruang tengah, Bung! Takut dibunuh emaknya juga, Peter lari... terus ngabur ke loteng. IYA, KE LOTENG!

Wah, bunyi apa tuh???
Wah, kok ada tetesan darah???

Ternyata, Emaknya (si Annie) levitasi aja gitu ke langit-langit loteng... dan MENGGOROK LEHERNYA SENDIRI!!! Pelan-pelan, terus makin lama makin cepet, kayak orang ngegergaji.

F*CK.
WHY.
JUST WHY.
OH MY GOD, MY EYES HURT.
WHY SO GRAPHIC.
WHY...
HUHU
WANNA CRY.

Terus si Peter lari... Masuk ke dalam rumah pohon, terus udah ada umat sekte yang dulu diikuti Neneknya, dan... Nyembah dia.
Mereka merasa bahwa Peter merupakan wadah buat Paimon (?) yang mereka puja.
Whatever that means.

Beres nonton nyesel sih. Visualnya nggak gampang dilupakan dan nggak menyenangkan untuk diingat. AAAAAARRRGGGHHH.
Saya bisa tidur malam itu, tapi terbangun ketika subuh dengan perasaan yang campur aduk karena nginget adegan Charlie kejedot tiang listrik, kepalanya yang potel dan dikerubungi lalat (atau serangga apapun deh), sama adegan emaknya ngegorok leher sendiri.
Sakit banget ni film.

Serem, tapi nggak pake hantu.
Nyakitin pikiran dan jiwa.
Kalo ngerasa depresi, stress, mendingan hati-hati deh nonton film ini. Salah-salah malah terinspirasi.
Nontonnya sama temen atau siapapun, tapi saya saranin jangan sendirian, kalo emang nggak terbiasa sama film horror/thriller/depressing.

Untuk ukuran film horror, buat saya Hereditary oke banget sih. Super duper oke karena bener-bener nakutin.

I will definitely watch this movie again, but surely not in the near future.
And definitely not alone.



P.S.
Hereby some links I read that I think are useful to enrich us regarding Hereditary.
Enjoy!
Annie dan Kreativitasnya
Film Review: ‘Hereditary’
‘Hereditary’ Ending Explained: What the Hell Happened?