Thursday, 23 January 2014

Blue Jasmine (2013) Movie Review

File:Blue Jasmine poster.jpg

Blue Jasmine (2013) itu filmnya Cate Blanchett, dan saya tertarik nonton film ini karena Cate Blanchett dapet nominasi Best Actress di Oscar atas aktingnya di film ini. Film ini sutradara dan penulisnya Woody Allen. Turns out I enjoyed watching this movie so much, meskipun agak kesel sama endingnya. I think it's just how Allen ends hi movie, right? Kurang tahu sih soalnya I haven't watched his other movies. Tahunya cuman dari beberapa artikel di Internet.

Blue Jasmine nyeritain tentang Jasmine/Jeanette (Cate Blanchett), seorang sosialita New York yang jadi miskin karena suaminya ditangkep polisi atas kasus penipuan terus semua hartanya disita. Jasmine jadinya 'lari' ke rumah saudara perempuannya, Ginger (Sally Hawkins) di San Fransisco. Tujuannya sih she wants to get back on her own feet, jadi dia stay dulu.

Film ini alurnya maju-mundur. Jadi, setiap beberapa menit sekali kita bakalan disuguhin adegan-adegan waktu si Jasmine ini masih bahagia-bahagianya sama suaminya. Jasmine ini dulu kuliah antropologi, tapi drop out di tahun terakhirnya buat nikah sama Hal (Alec Baldwin). Alec ini kaya banget. Koleksinya aja mobil-mobil mewah. Tiap beberapa saat, Jasmine dimanjakan sama hadiah-hadiah mewah, diajak ke acara-acara prestisius, sehingga Jasmine sangat sangat terbiasa sama kehidupan orang kaya.

Sayangnya, Jasmine ini orangnya terlalu percayaan sama orang dan dia terlalu terbuai sama kehidupan mewahnya. Jasmine nggak pernah tau kalo suaminya suka main cewek. Sama sekali nggak tau as in very very naive. Jasmine bakalan tanda tangan ke semua berkas yang disodorin Hal without having second thought, only because she trusted him so much.

Sampe kemudian dia tau kalo suaminya selingkuh, dan ternyata Hal udah ngerencanain masa depan yang baru, dengan salah satu selingkuhannya. Jasmine yang (ternyata) udah ngalamin nervous breakdown, saking marahnya, nelpon FBI terus ngelaporin suaminya sendiri. Hal ditangkap, hartanya disita, mereka jatuh miskin.

Di film ini keliatan banget kalo Jasmine nggak mau pergi dari kehidupan mewahnya. Dateng ke kota kecil di San Fransisco, dia masih nenteng Birkin, koper Louis Vuitton, sepatu Manolo Blahnik (kalo nggak salah liat), dan perhiasan-perhiasan yang nunjukin status sosial dia. Terus, apa yang nunjukin kalo dia jatuh miskin?

Menurut saya hal itu ditunjukin dengan bagaimana dia terus-menerus memakai barang-barang yang dia punya. She always wear the Birkin, the Manolo, and some shirts. Orang yang kaya buanget nggak akan terlihat sering-sering memakai satu barang, kecuali dia suka banget. Jasmine would not have worn her Birkin everytime she go out had she had another one. She's broken but she did not want to admit it. That's why even though she desperately needed financial help, she would never sell her assets. She was in total denial.

Padahal kalo dia mau ngejual Birkin sama luggage Louis Vuittonnya, dia bisa loh megang duit beberapa ribu dolar (puluhan sampe ratusan juta rupiah, yes Birkin semahal itu) dan bisa start a new life by herself. Tapi, harga diri Jasmine terlalu tinggi buat ngelakuin itu. Dia bahkan nggak mau stay in New York because she was afraid of what her friends would think of her at the moment. Even though Jasmine had good sense in fashion, she would not want to imagine herself working in a fashion store and....serving her own friends. It's a humiliation for Jasmine.

Film ini ngegambarin banget gimana orang-orang yang sama sekali nggak mau harga dirinya terinjak-injak dan lebih memilih ngelakuin sesuatu yang lain. Aktingnya Cate Blanchett bagus banget di film ini, I will not be surprised if she gets the Oscar.

I hate the ending though because it is not a happy one. Hahahaha.

I really recommend this movie. Meskipun, film ini bukan film yang seru penuh aksi kayak Transformers, The Avengers, Hunger Games, you name it. Bukan pula film romantis macem The Notebook, A Walk to Remember, dan yang lainnya. Tingkat keseriusannya kayak nonton Forrest Gump, The Sixth Sense, gitu deh. Pokoknya yang serius-serius. Woody Allen berhasil pokoknya ngangkat keironisan hidup seorang sosialita.

Salute.

No comments:

Post a Comment