Tapi Pak Beye, Bapak dipilih oleh rakyat karena rakyat percaya bahwa bapak adalah yang terbaik dibandingkan calon-calon presiden yang lain. Apalagi di tahun 2004, bapak terlihat sangat gagah dan karismatik. Bersanding dengan Pak JK, rakyat merasa bahwa sepeninggalan Pak Harto yang dingin itu, Gus Dur yang dianggap kurang mumpuni dan ngawur, serta rasa perih selepas Ibu Mega menjual aset Indonesia, akhirnya negara ini akan memiliki pemimpin yang terasa dekat dengan rakyatnya.
Lima tahun kemudian, rakyat masih percaya sama Bapak. Kondisi Indonesia yang cukup stabil, apalagi setelah berhasil 'bertahan' dari guncangan krisis ekonomi yang melanda dunia, terutama Amerika Serikat dan Eropa saat itu, rakyat merasa pantas memercayakan kembali jabatan presiden kepada Pak Beye, tidak peduli ada atau tidak wakil presidennya.
Ternyata, Pak. Ketika Bapak punya kesempatan untuk mengakhiri masa jabatan Bapak dengan tenang (meskipun rakyat capek juga dengerin keluhan Bapak), Bapak malah menodainya dengan menginisiasi RUU Pilkada oleh DPRD. Rasanya kayak petir di siang bolong, Pak. Kayak lagi panas terik malah hujan, nggak jelas. Tindakan walkout-nya Partai Demokrat dari Sidang Paripurna itu lebih-lebih, Pak. Apalagi mengatasnamakan rakyat.
Bapak sebagai presiden pertama yang dipilih langsung oleh rakyat Indonesia harusnya paling mengerti, Pak. Puluhan juta orang memilih Bapak jadi presiden, karena percaya bahwa Bapak nggak akan mengembalikan bangsa ini ke Orde Baru, di mana hak-hak asasi manusia dirampas seenaknya. Dipenggal semena-mena. Dihilangkan.
Pagi ini, Pak Tifatul Sembiring ngetwit tentang Twitter, Pak, dan kekuasaan pemerintah untuk membolehkan atau melarang rakyatnya untuk ngetwit. Kelihatannya memang sepele, Pak, tapi buat saya itu penting. Tifatul memang juga sudah bilang kalau beliau nggak merencanakan untuk melarang rakyat Indonesia untuk ngetwit, tapi dengan beliau mulai menaruh perhatian ke arah sana, saya khawatir. Saya khawatir kalau nantinya saya nggak bisa menyuarakan pendapat saya lagi. Di manapun.
Pak SBY, Pak Tifatul. Saya memang nggak tau kerjaan Bapak kayak gimana, apa saja yang sudah Bapak-Bapak lakukan. Yang rakyat lihat adalah hasilnya. Hasil dari keputusan-keputusan Bapak-Bapak lah yang akan memengaruhi hari-hari kami.
Kalau Gubernur dan Bupati/Walikota dipilih DPRD, siapa yang bisa menjamin kami bisa dapat pemimpin layaknya Jokowi, Ahok, Ridwan Kamil, dan Risma? Bapak mematikan harapan rakyat justru ketika harapan itu mulai ada.
Kalau orang-orang seperti Tifatul, yang justru di era modern seperti ini malah bertanya, "Internet cepat buat apa?" tetap ada, Pak, gimana Indonesia mau maju? Negara-negara maju tingkat literasinya sudah diukur dari kecakapan menggunakan komputer dan internet. Orang Indonesia masih banyak yang buta huruf. Oh, dan Muhammad Nuh juga bikin susah pak, dengan Kurikulum 2013 itu. Pelajaran TIK bikin anak-anak kenal pornografi? Bahasa Inggris bikin siswa gak nasionalis?
Pak Beye nemu di mana sih orang-orang kayak gitu? Kok ada banyak? Atau Bapak sebenernya lagi nunjukin orang-orang yang nggak layak dipilih lagi ya, Pak? Bapak baik banget sih.
Saya baca berita, katanya yang menginisiasi walkout itu bukan Pak Beye. Pak Beye nggak tau apa-apa tentang walkout itu. Nah, itu bukannya namanya ngelangkahin kekuasaan Bapak? Kok Bapak nggak marah? Bapak ngomong sesuatu dong di tivi, biar rakyat tuh tau andil Bapak sebenernya tuh bagaimana. Kalau keadaannya kayak sekarang kan saya ngiranya Bapak diperalat Partai Demokrat. Nanti pada suudzon lagi, ngatain pejabat dijerat UU ITE lagi. Salah rakyat aja pak semuanya. Salah milih Bapak? Salah milih anggota DPR? Salah milih anggota DPRD? Bapak ngomong sesuatu dong. Kan lumayan buat pencitraan Pak, bisa minta perlindungan rakyat.
#ShameOnYouSBY udah sempet jadi Trending Topic World Wide loh, Pak. Masa Bapak nggak mau ngomong apa-apa tentang itu? Nanti nggak jadi loh, jadi Sekjen PBBnya. Kalau pidato entar yang menggelegar gitu dong, Pak, kayak Emma Watson. Saya kan jadi terharu nontonnya.
Pak Beye mungkin disanjung-sanjung di kancah internasional. Jangan terlalu jauh pak terbangnya, sampe lupa daratan. Lupa kalau urusan dalam negeri banyak yang Bapak telantarkan.
Semangat, Pak Beye.
Saya menulis ini sesuai kapasitas saya. Kalau ada argumen yang anda nggak setuju, nggak masalah. Kalau ada fakta yang kurang tepat maupun salah, tolong dibenarkan. Terima kasih.
Saya menulis ini sesuai kapasitas saya. Kalau ada argumen yang anda nggak setuju, nggak masalah. Kalau ada fakta yang kurang tepat maupun salah, tolong dibenarkan. Terima kasih.
suvii.. keren abis..
ReplyDeleteboleh dshare?
Boleh Miiiil monggo hehe
DeleteNice kaka..a.
ReplyDelete