![]() |
Image Courtesy: IMDb.com |
SPOILER ALERT!
So you might want to skip this post if you haven't seen the movie and don't want to get spoiled.
Either way, you can continue reading!
Postingan saya kali ini bukan mau review film yah, saya nggak mampu memberikan review secara profesional, jadi saya hanya akan menceritakan perasaan saya setelah menonton film yang satu ini. This movie leaves a quite big impression on me, so I need to write it.
Film ini sangat membekas, saya nggak bisa berhenti memikirkan/membicarakan film ini sejak saya menontonnya 2 hari lalu. Saya mencari-cari teman-teman yang sudah menonton dan membahasnya berkali-kali. Hahahaha.
Penasaran nonton karena Joko Anwar bilang filmnya bagus, and some say this movie is an upgraded version of Pengabdi Setan. Jadi, saya penasaran. Pergilah saya menonton.
Agak menyesal juga sih nonton di bioskop. Saya merasa ketakutan. Ya Allah, filmnya serem banget! Mau pulang ajaaa! Merupakan pemikiran yang paling sering terlontar di dalam hati sepanjang 2 jam filmnya berlangsung. Untungnya saya bisa menikmati film ini, nggak seperti ketika menonton The Killing of A Sacred Deer (bener-bener mual).
Saya, ketika menonton film horror, biasanya nggak memperhatikan nama-nama karakter. Taunya hanya "Emaknya", "Bapaknya", "Anak yang paling gede", semacam itu. Begitupun ketika menonton Hereditary. Hapalnya hanya status karakter di dalam keluarga tersebut (dan maksimal nama depannya).
Hereditary diawali dengan meninggalnya seorang nenek-nenek di satu keluarga. Ternyata, Nenek meninggalkan misteri untuk keluarga yang ia tinggalkan. Saya nggak pernah yakin atas kedekatan anggota keluarga Graham, soalnya terasa aneh. Annie (Si Emak) ini sedih nggak sih atas kematian ibunya? Yang kelihatan jelas-jelas sedih hanya si Charlie (Anak Yang Kecil). Ternyata Charlie emang favorit neneknya, paling disayang. Menurut saya, hubungan keluarga Graham ini memang agak renggang. They live together only because they're family. Kalau nggak, ya mungkin udah pada misah kali hidupnya? Soalnya, affection juga nggak diperlihatkan secara jelas di film ini.
Charlie ini udah terasa aneh banget sih karakternya. Suka menggambar, menyendiri, ngomongnya rada aneh. Masa, dia ngomong ke Emaknya begini, "Mak, siapa yang ngurus aku nanti kalau Emak mati?"
What the hell, Dude?
Secara tiba-tiba gitu loh. Hahahaha. Damn.
Terus keluarga Graham ini juga aneh banget, tinggal di pinggir hutan pinus (?) gitu, dan jauh dari mana-mana. Kalau mau pergi/pulang sekolah atau pergi ke tempat lain, mereka harus ngelewatin padang
Charlie has peanut allergy. Dijelaskan sewaktu Charlie ngegigit coklat di rumah duka, dan orang tuanya nanya apakah coklat yang dia makan ada kacangnya. Dijawab nggak oleh Charlie.
Kemudian, suatu hari, Charlie disuruh ikut kakaknya (namanya Peter) pergi ke pesta. Yang nyuruh Emaknya sih. Ikutlah yakan.
Terus Charlie ditinggal sama Peter buat ngeganja gitu. Charlie akhirnya makan kue coklat (yang mengandung hal yang bikin alerginya kambuh). Ngerasa sesak, Charlie minta pulang ke Peter. Si Peter, udah mah setengah ngefly, harus nyetir juga. Charlie ditidurin di jok penumpang belakang, udah nendang ke sana-sini karena nggak kuat dengan alerginya. Peter ngebut, soalnya ngejar waktu sampai ke rumah/rumah sakit. He drove for like 80-100 mph. Nyetir sekencang itu di jalanan yang sepi banget.
Charlie yang ngerasa sesak nggak tertahankan, memutuskan buat ngeluarin kepala (dan setengah badan) dari jendela mobil. Lah kok ya tiba-tiba ada anjing mati di tengah jalan, Peter harus banting setir ke tepi...... Terus tau-tau aja ada frame mukanya Charlie, terus ada tiang listrik gitu.
Terus ada bunyi GEDEBUK!
Tau lah ya apa yang terjadi kemudian.
Tapi entah kenapa nggak langsung diperlihatkan.
Cuma ada adegan Peter ngeliat cermin tengah mobil, terus dia nanya ke Charlie "...You okay?" Nggak ada jawaban. Peter lanjut aja gitu nyetir pulang ke rumah.
I knew something was wrong. Something had went terribly. But! I did not want to conclude anything before I saw what happened. Before they showed us what actually happened. So I opened my eyes very carefully.
Peter nyampe rumah, nggak ngebukain pintu buat Charlie, tapi langsung masuk aja ke rumahnya. Emak-Bapaknya bercakap-cakap semacam ,"Tuh mereka udah pulang". Tapi nggak berinisiasi untuk ngecek anaknya atau gimana. Peter masuk ke kamarnya, terus masuk ke dalam selimut.
INI PASTI ADA YANG SALAH!!!!! PASTI BANGET!!! PASTI CHARLIENYA MATI KAN? TAPI GIMANA MATINYA? KEPALANYA KEBENTUR TIANG SEKENCENG ITU, PASTI MATI KAN? TAPI MATINYA GIMANA?
Segala spekulasi dan tekanan jiwa merasuk raga. Yaelaaaah cepetan napa kasi liat gimana jadinyaa!
Adegan beralih close up ke wajahnya Peter dengan tatapannya yang udah kosong banget. Terus tiba-tiba ada teriakan miris banget dari Emaknya. Sedih banget lah pokoknya. Terus Emaknya teriak-teriak histeris nggak jelas gitu, bilang pengen mati aja, nggak mau hidup lagi. Kenapa anaknya kayak begitu....
NAH KAN BENER CHARLIENYA MATI KAN?? TAPI MATINYA GIMANA?
Terus tiba-tiba ada scene kepalanya Charlie dikerubungin lalat. Di pinggir jalan. Di siang bolong. Kepalanya ternyata putus, Coy! Kepalanya nggak pernah bisa balik ke rumah! Charlie yang ada di dalam mobil itu.... Nggak ada kepalanya. Ya Allah ya Tuhanku huhu.
FAK. THE GRAPHIC WAS SO.... OH MY GOD. OH MY GOD. Saya nggak tau gimana caranya ngehilangin visual itu dari kepala saya sekarang.
Bisa ngebayangin nggak, jadi seorang kakak, nyetir buat adeknya karena alergi adeknya kambuh, terus malah nabrak tiang, terus kepalanya potel. Mau ngomong ke orang tua juga ga berani kali! Abis itu malah pergi ke kamar dan diam sampai pagi :((( Terus paginya denger tangisan Ibu yang sangat memilukan.
The tense. Oh God. I couldn't handle it well. It was so frustrating, but I had to keep watching. I wanted to know what happens, and how the movie would end.
Adegan itu terlalu berkesan untuk saya, jadi saya nggak begitu menghiraukan adegan-adegan setelahnya, sampai....
Annie neriakin Peter di meja makan. Aktingnya Toni Collette (yang jadi Si Emak) wow banget sih di sini. Saya nggak bisa ngebayangin rasanya kalau Ibu saya berteriak seperti itu, menyalahkan saya atas kecelakaan yang sudah terjadi. I might have committed suicide. Why should I live in a family that does not love me? Why should I hold on with a mother who resents me? Well, at least I'd runaway from home, for sure. Get a new life.
Ceritanya berlanjut tentang bagaimana keluarga Graham menjalani hidup mereka yang suram setelah kematian Charlie. Suram, nggak ada semangat hidup. Kayak ngejalanin hidup masing-masing, karena memang mereka semua terpukul, trauma atas apa yang udah terjadi. Emak dan Bapak sudah mengonsumsi obat penenang supaya bisa tidur. Peter.... Saya nggak bisa ngebayangin gimana dia bisa tidur setelahnya. Pasti kebayang-bayang terus seumur hidupnya. Dia nggak akan memaafkan dirinya sendiri.
Kemudian, Annie ketemu sama orang namanya Joan yang baiiiiiik banget, ga ketulungan. Udah sempet curiga sih, dan ternyata emang bener. Joan ini yang menjerumuskan Annie semakin dalam ke kegelapan. Diajarin cara manggil arwah, ceritanya untuk manggil arwahnya Charlie. Makin-makinlah si Annie keganggu pikirannya kan.
Dilakukanlah ritual pemanggilan arwah itu... dan berhasil. Annie jadi terobsesi, kemudian kebiasaan dia untuk tidur sambil berjalan kembali lagi (yang membahayakan Peter). Annie bahkan sempet bilang ke Peter, "I never wanted to be your mother." Sakit banget pasti rasanya. Peter beberapa kali hampir dibunuh sama Annie secara nggak sadar.
Endingnya absurd banget. Annie meriksa loteng untuk nyari tahu masa lalu emaknya, nemuin buku-buku sekte memuja sesuatu yang nggak jelas, pake pengorbanan segala. Terus... di loteng itu dia nemu mayat Si Nenek... tanpa kepala. Si Bapak menuduh Annie-lah yang sebenernya ngebongkar kuburan Si Nenek dengan sleep-walkingnya. Absurd banget kan.
Annie akhirnya bilang ke suaminya kalo dialah satu-satunya yang bisa mengakhiri ini. Ngebakar buku punya Charlie yang jadi medium pemanggilan arwah, yang malah... Ngebakar suaminya. Don't ask me how that happened. I don't have any idea.
Peter ngeliat Bapaknya udah gosong, terus dia ngerasain sesuatu yang nggak beres. Emaknya tiba-tiba hinggap di langit-langit ruang tengah, Bung! Takut dibunuh emaknya juga, Peter lari... terus ngabur ke loteng. IYA, KE LOTENG!
Wah, bunyi apa tuh???
Wah, kok ada tetesan darah???
Ternyata, Emaknya (si Annie) levitasi aja gitu ke langit-langit loteng... dan MENGGOROK LEHERNYA SENDIRI!!! Pelan-pelan, terus makin lama makin cepet, kayak orang ngegergaji.
F*CK.
WHY.
JUST WHY.
OH MY GOD, MY EYES HURT.
WHY SO GRAPHIC.
WHY...
HUHU
WANNA CRY.
Terus si Peter lari... Masuk ke dalam rumah pohon, terus udah ada umat sekte yang dulu diikuti Neneknya, dan... Nyembah dia.
Mereka merasa bahwa Peter merupakan wadah buat Paimon (?) yang mereka puja.
Whatever that means.
Beres nonton nyesel sih. Visualnya nggak gampang dilupakan dan nggak menyenangkan untuk diingat. AAAAAARRRGGGHHH.
Saya bisa tidur malam itu, tapi terbangun ketika subuh dengan perasaan yang campur aduk karena nginget adegan Charlie kejedot tiang listrik, kepalanya yang potel dan dikerubungi lalat (atau serangga apapun deh), sama adegan emaknya ngegorok leher sendiri.
Sakit banget ni film.
Serem, tapi nggak pake hantu.
Nyakitin pikiran dan jiwa.
Kalo ngerasa depresi, stress, mendingan hati-hati deh nonton film ini. Salah-salah malah terinspirasi.
Nontonnya sama temen atau siapapun, tapi saya saranin jangan sendirian, kalo emang nggak terbiasa sama film horror/thriller/depressing.
Untuk ukuran film horror, buat saya Hereditary oke banget sih. Super duper oke karena bener-bener nakutin.
I will definitely watch this movie again, but surely not in the near future.
And definitely not alone.
P.S.
Hereby some links I read that I think are useful to enrich us regarding Hereditary.
Enjoy!
Annie dan Kreativitasnya
Film Review: ‘Hereditary’
‘Hereditary’ Ending Explained: What the Hell Happened?
filmnya udh di bioskop.?
ReplyDelete